Arsip

Posts Tagged ‘parafin’

Kemanakah lilin yang terbakar pergi?

7 Juli 2011 5 komentar

Kecuali sedikit lelehan di bagian bawahnya, yang mungkin juga menetesi taplak meja, lilin tersebut pergi ke tempat yang sama seperti yang dituju oleh bensin dan minyak ketika dibakar; yakni ke udara. Tentu saja dalam wujud yang secara kimia telah berubah.

Lilin biasanya dibuat dari parafin, yakni capuran hidrokarbon, bahan yang kita jumpai dalam minyak bumi. Seperti tersirat dalam namanya, molekul-molekul hidrokarbon hanya terdiri dari atas atom-atom hidrogen dan atom-atom karbon.

Ketika bahan ini terbakar, mereka bereaksi dengan oksigen dalam udara. Paduan karbon dan oksigen menjadi karbon dioksida, sedangkan paduan hidrogen dan oksigen menjadi air (mungkin tidak harus semuanya). Kedua produk ini berwujud gas pada suhu bakar, jadi semuanya terbang ke udara.

Banyak hidrokarbon lain yang kita bakar: metana dalam gas alam, propane dalam gas elpiji, butana dalam gas untuk pemantik rokok, korosin dalam kompor atau lampu minyak tanah, dan bensin dalam mesin kendaraan bermotor. Semuanya terbakar menjadi karbon dioksida dan uap air, yang kelihatannya menghilang dalam proses tersebut. Kertas, kayu, dan batu bara mengandung beberapa bahan lain yang tidak terbakar, maka yang dihasilkan ketika dibakar adalah karbon dioksida, air, dan abu.

Andai kita masih sulit percaya bahwa nyala api menghasilkan air, coba deh yang berikut ini:

Taruh beberapa bongkah es batu dalam sebuah panci aluminum yang kecil dan tipis, biarkan menjadi dingin, setelah itu pegang di atas nyala api sebatang lilin atau sebuah pemantik api gas. Beberapa saat kemudian, periksa bagian bawah panci, maka kita akan melihat uap air dari nyala api yang telah mengembun menjadi air.

baca juga:Apakah lilin dapat menyala tanpa sumbu?

Kategori:Fisika, Sains Populer

Mengapa nyala api lilin berwarna kuning (2)?

Sambungan dari artikel sebelumnya…

Hal yang sama terjadi pada lampu minyak tanah, api bakaran kertas, api unggun, kebakaran hutan, dan kebakaran rumah, semuanya mempunyai nyala berwarna kuning. Sebabnya hanya karena udara tidak dapat mengalir cukup cepat untuk membuat bahan bakar terbakar seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air.

Jika kita tidak percaya ada partikel-partikel halus karbon yang tidak terbakar dalam nyala sebuah lilin, cukup sisipkan sebilah pisau ke dalam nyala api selama beberapa detik, untuk menangkap partikel-partikel itu sebelum terbakar. Pisau itu akan memperoleh selapis karbon berwarna hitam pekat yang tampak seperti beludru. Warna hitam tadi mungkin paling hitam di antara benda-benda hitam lain, dan digunakan dalam pembuatan tinta.

Di pihak lain, kompor dan panggangan gas memang menggunakan bahan bakar berwujud gas – jadi tidak memerlukan proses penguapan. Cara ini memudahkan kita bahan bakar bercampur denga udara sebanyak-banyaknya, sehingga reaksi pembakaran dapat berlangsung dengan cepat. Karena bahan bakar di sini terbakar hampir seluruhnya, kita mendapatkan nyala yang jauh lebih panas. Nyala api juga jernih dan transparan karena tidak dikotori oleh partikel-partikel karbon.

Ingin lebih panas lagi? Mengapa tidak mencampurkan oksigen murni, sebagai pengganti udara, dengan bahan bakar gas? Bagaimanapun, kandungan udara dalam oksigen hanya 20%. Sebuah glassblower menggunakan penyembur api yang mencampur oksigen dengan gas alam (metana) untuk menghasilkan nyala api dengan temperatur sekitar 1.600 derajat celcius. Penyembur api tukang las, yang juga disebut oxyaceletene torch, mencampur oksigen dengan asitelena, dapat menghasilkan nyala dengan temperatur sekitar 3.300 derajat celcius. Nyala api tersebut biru. Namun bis juga berwarna kuning apabila setelannya kurang pas sehingga gas bahan bakar tidak mendapaatkan oksigen yang memadai untuk pembakaran sempurna. Nyala kuning tersebut juga menghasilkan jelaga.

Selesai

Kategori:Fisika, Sains Populer

Mengapa nyala api lilin berwarna kuning?

Nyala api pada kompor gas saya berwarna biru, tetapi nyala lilin saat listrik mati berwarna kuning. Apa yang menyebabkan kedua nyala itu berbeda warna?

Ini menyangkut masalah berapa banyak oksigen tersedia untuk menyalakan bahan bakar. Oksigen yang banyak menyebabkan nyala berwarna biru, sedangkan oksigen yang terbatas menyebabkan nyala berwarna kuning. Mari kita perhatikan dulu nyala kuning terlebih dahulu.

Sebatang lilin sesungguhnya sebuah mesin pembuat nyala yang sangat kompleks. Pertama sebagian lilin harus meleleh, kemudian lilin cair itu harus bisa memanjat sumbu. Terus harus bias menguap menjadi gas, dan baru setelah itu dapat terbakar –bereaksi dengan oksigen dalam udara untuk membentuk karbon dioksida dan uap air. Ini proses yang sangat tidak efisien.

Supaya pembakaran itu bisa efisien 100 persen, lilin harus dapat diubah seluruhnya menjadi karbon dioksida dan air yang tidak kelihatan. Akan tetapi, nyala lilin tidak bisa mendapatkan oksigen yang diperlukannya kalau hanya mengambil udara di sekitarnya. Udara di sekitar lilin, yang sebetulnya kaya dengan oksigen, ternyata tidak sanggup mengalir cukup cepat untuk mengimbangi semua parafin (bahan pembentuk lilin) yang meleleh dan menguap, yang siap untuk dibakar.

Sementara itu, di bawah pengaruh panas, sebagian parafin yang tidak terbakar terurai menjadi partikel-partikel karbon yang sangat kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari pembakaran, menjadi berpendar, membara dengan cahaya berwarna kuning benderang. Maka itulah sebabnya nyala lilin berwarna kuning. Ketika partikel-partikel karbon yang berpendar mencapai bagian puncak nyala, hampir semuanya mendapatkan oksigen yang memadai untuk ikut terbakar juga.

bersambung ke artikel berikutnya …

Kategori:Fisika, Sains Populer

Apakah lilin dapat menyala tanpa sumbu?

16 Mei 2011 3 komentar

Jawab:

Tidak.

Oleh karena gaya kapiler, sumbu benang memungkinkan menarik sebagian lilin untuk mencapai sebuah titik yang memungkinkannya menguap. Untuk kemudian bercampur dengan oksigen dalam udara.

Sepotong lilin padat, bahkan setitik genangan lilin cair, tidak akan terbakar karena molekul-molekul lilin tidak dapat menyentuh dengan molekul-molekul oksigen dalam perbandingan yang cukup.

Hanya dalam wujud uap, mereka (molekul lilin dan oksigen) dapat bercampur dengan akrab. Satu molekul lawan satu molekul, kemudian bereaksi.

Pembakaran adalah sebuah reaksi yang melepaskan energi panas. Begitu dimulai, reaksi tersebut melepaskan panas lebih dari cukup untuk melelehkan dan menguapkan lilin lebih banyak sehingga proses pembakaran terus terjadi. Akibatnya lilin terus menyala.

Kategori:Fisika, Sains Populer